Kamis, 12 Juni 2014

Rencana Tuhan Tak Pernah Gagal

Bangsa Yehuda dan Yerusalem telah gagal memenuhi harapan TUHAN, padahal mereka telah dipilih Allah untuk menjadi umat TUHAN. Kegagalan mereka tidak menggagalkan rencana TUHAN atas umat-Nya.
Kita ketahui bersama bahwa bangsa Israel adalah bangsa pilihan TUHAN untuk memasyhurkan nama-Nya ke semua bangsa di muka bumi. Sebagai umat TUHAN, sepatutnya bangsa Israel menyatakan kehidupan yang sesuai dengan panggilan TUHAN kepada mereka. Umat TUHAN seharusnya setia kepada TUHAN serta menyatakan keadilan dan kebenaran, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Pemimpin bangsa ini telah gagal, baik dari segi kebenaran maupun keadilan karena mereka tidak setia kepada TUHAN. Kejadian seperti ini membuat TUHAN bertindak untuk memurnikan mereka. Didikan TUHAN merupakan didikan yang keras kepada para pemimpin bangsa. Namun, ada dua hal yang sangat indah, yaitu: Pertama, TUHAN tidak membuang umat pilihan-Nya. Kedua, Ia akan menggenapi janji-Nya bahwa dari Yerusalem akan keluar pengajaran serta pelbagai bangsa dan suku bangsa akan datang berduyun-duyun ke Yerusalem untuk mendapatkan pengajaran firman TUHAN. Dengan memandang kesetiaan TUHAN atas umat-Nya dan atas janji-Nya, TUHAN mengajak umat-Nya untuk hidup di dalam terang TUHAN.
Orang Kristen adalah orang yang dipilih TUHAN. Kita dipanggil bukan hanya untuk menikmati hak istimewa sebagai anak-anak Allah, tetapi juga untuk memasyhurkan nama TUHAN di muka bumi. Walaupun kegagalan adalah bagian dari kehidupan kita, pesan firman TUHAN hari ini adalah bahwa TUHAN tidak pernah gagal dalam menggenapi rencana-Nya. Jadi, jangan menyerah, tetapi tetaplah tekun mengikut TUHAN. [RAAL]
Yesaya 2:5
"Hai kaum keturunan Yakub, mari kita berjalan di dalam terang TUHAN!"

Penguasaan Diri

Tandan buah Roh terakhir, yang menutup semuanya adalah penguasaan diri. Dari buah yang dikerjakan oleh Roh Kudus, penguasaan diri adalah bungkus dari keseluruhan buah yang ada. Tanpa penguasaan diri maka semuanya, yaitu : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan kesetiaan dan kelemahlembutan akan sia-sia. Bila seseorang tidak bisa menguasai diri dan kemarahannya meledak-ledak, maka kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, dan seterusnya akan hilang dalam sekejab mata. Oleh sebab itu penguasaan diri mutlak diperlukan dalam hidup orang percaya. Penguasaan diri berarti kemampuan untuk mengendalikan diri. Namun kemampuan itu bukan berasal dari kekuatan sendiri, tetapi dari Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memimpin dan mengendalikan sehingga kita bisa digerakkan, dicerahkan dan dipimpin-Nya. Paulus saat berbicara tentang pelayanan kepada Timotius, ia menasehatkan betapa pentingnya penguasaan diri ini. Paulus berkata, Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! (4:5). Di dalam ayat ini Paulus menyebut penguasaan diri dibutuhkan dan mendahului hal yang lain.
Jika kita mampu menguasai diri, kita akan sanggup menanggung penderitaan dengan sabar, sanggup memberitakan Injil baik atau tidak baik waktunya dan sanggup pula menuntaskan tugas-tugas pelayanan yang lain. Bahkan kita bisa berkata seperti Paulus, Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman (4:7). Ini terjadi jika kita telah sanggup menguasai diri. Menjelang Pentakosta ini, marilah kita melatih diri  dalam pimpinan Roh Kudus untuk menguasai diri sendiri mulai dari hal sederhana seperti mengendalikan makanan dan minuman, dalam hal berpakaian, dalam hal hobi, kesukaan sampai mengendalikan amarah dan mengendalikan keinginan-keinginan jasmani lainnya. [JS]
Amsal 16:32
"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota."

Hidup Mengucap Syukur

Hidup penuh syukur membangkitkan kuasa besar untuk menghadapi berbagai kesulitan hidup karena dengan bersyukur kita memperoleh kekuatan yang terus-menerus mengalir memberi hidup berkelimpahan.
Beberapa jam ini kita telah memasuki tahun yang baru. Satu kenyataan bahwa kita menjadi semakin tua yang berarti jasmani kita semakin merosot dan tidak sekuat tahun lalu. Sementara itu tantangan hidup bukannya semakin ringan tetapi justru semakin berat. Dalam kondisi seperti ini apa yang bisa kita lakukan? Kita bisa belajar dari Rasul Paulus. Meskipun jasmaninya semakin hari semakin merosot, tetapi rohaninya justru semakin kuat (4:16). Salah satu rahasianya adalah karena Paulus hidup penuh syukur. Hati yang bersyukur adalah tanda orang percaya (4:15) yang membangkitkan kuasa besar dalam kehidupan Kristen. Mengapa? Karena dengan selalu bersyukur kita memperoleh kekuatan yang terus-menerus mengalir, yang memberi hidup berkelimpahan. Seseorang yang hatinya penuh ucapan syukur berarti dia sedang menyaksikan bahwa hidupnya adalah hidup yang tidak berkekurangan. Ada orang yang secara luar hidupnya terlihat berkelebihan dibandingkan orang lain, namun ternyata memiliki hati yang selalu bersungut-sungut, selalu merasa kurang dengan hidupnya. Tetapi Paulus, meskipun hidup pas-pasan, bahkan kekurangan tetapi justru memperkaya dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Menjadi pengikut Kristus tidak selalu indah dan lancar. Ada begitu banyak tantangan, rintangan dan hambatan dalam hidup, pekerjaan dan pelayanan. Kemampuan mengucap syukur adalah satu kekuatan yang kita butuhkan untuk mengatasi semua rintangan ini. Mari kita memulai tahun yang baru ini dengan hati yang penuh bersyukur! [JS]
1 Tesalonika 5:18
"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."

Jangan Lupa mengucap Syukur!

Pentahbisan Bait Suci dalam 30:1 bisa menunjuk kepada Pentahbisan Bait Suci yang dibangun pada zaman Raja Salomo (1 Raja-raja 8:63), Pentahbisan Bait Suci yang dibangun pada zaman Ezra (Ezra 6:16), serta Pembersihan Bait Suci dari barang-barang najis (berhala-berhala yang dimasukkan ke Bait Suci atas perintah Antiokhus Epifanes—penjajah Yunani) pada zaman Makabe pahlawan Yahudi di abad kedua BC. Pentahbisan ketiga ini dirayakan terus sampai zaman Tuhan Yesus dan disebut sebagai Hari Raya Pentahbisan Bait Allah (Yohanes 10:22). Sekalipun mazmur ucapan syukur ini dipakai sebagai nyanyian bersama umat Allah, sebenarnya mazmur ini bersumber dari pengalaman pribadi Daud yang dihukum Allah setelah selesai menghitung seluruh pasukannya (2 Samuel 24). Berkat yang ia nikmati menghasilkan rasa aman dan percaya diri yang terlalu besar (Mazmur 30:7), sehingga saat Daud mulai menyombongkan diri, Allah sedikit menghimpitnya untuk membuatnya tersadar (30:8).
Kapankah ucapan syukur yang tulus sungguh-sungguh muncul di hati kita? Mungkin kita sungguh-sungguh bersyukur saat Tuhan datang menolong di detik-detik terakhir, saat kita amat terdesak, tak menemukan jalan keluar, dan putus asa. Namun, masihkah kita bersyukur bila kita berhasil meraih berbagai kesuksesan? Selanjutnya, apakah kesuksesan membuat kita terlena sehingga kita menyombongkan diri? (lihat Ulangan 8:11-18). Tuhan Yesus memberi peringatan yang keras terhadap orang yang menyombongkan kekayaan yang tidak bisa dia bawa saat jiwanya diambil (Lukas 12:16-21). Saat meraih kesuksesan, jangan melupakan Allah. Akuilah segala perbuatan tangan-Nya. Dengan demikian, kita akan menemukan alasan yang tidak terbatas untuk senantiasa menyanyikan syukur bagi Tuhan. [J]
Mazmur 30:13
"supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu."

Tuhan Memberikan Semangat dan Hidup

TUHAN tidak terus-menerus murka. TUHAN akan memberikan jalan keluar agar umat-Nya bisa memiliki semangat dan tetap bisa hidup di dalam pengharapan.
Ketiadaan jalan keluar dapat mengakibatkan keputusasaan. Itulah yang terjadi dengan umat TUHAN di pembuangan. Kekuasaan Babel begitu besar, sehingga dalam pandangan orang Israel sudah tidak ada jalan untuk lepas dari pembuangan. Sekalipun demikian, tidak ada yang mustahil bagi TUHAN. Oleh karena itu, firman TUHAN dalam 57:15-21 diawali dengan perkataan, "Bukalah, bukalah, persiapkanlah jalan, angkatlah batu sandungan dari jalan umat-Ku." Jalan yang tertutup harus dibuka dan batu sandungan harus disingkirkan agar umat TUHAN bisa melalui jalan itu. TUHAN bersemayan di tempat tinggi, tetapi juga bersama-sama dengan orang yang remuk dan rendah hati. Murka TUHAN tidak selamanya agar umat TUHAN tidak patah semangat. TUHAN hendak menyembuhkan, menuntun, memulihkan dengan penghiburan yang sejati. TUHANlah yang menciptakan puji-pujian serta damai sejahtera, juga bagi mereka yang jauh.
Tuhan Yesus bersabda, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yohanes 14:6). Allah hanya memberikan satu jalan, yaitu Yesus Kristus. Inilah jalan umat TUHAN yang bebas dari batu sandungan. Meskipun TUHAN hanya menyediakan satu jalan, jalan ini pasti karena dijamin oleh firman-Nya. Permasalahan kehidupan kita sangat kompleks dan kadangkala kita merasa berada di bawah kuasa yang kita tak dapat lolos. Ada kabar baik bahwa ada satu jalan untuk kita mengalami kuasa Allah, yaitu melalui Tuhan Yesus. Syaratnya, kita harus mau merendahkan diri di hadapan-Nya. [RAAL]
Yesaya 57:15b
"Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus,tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati."

Tuhan Menyediakan Pengharapan

Kedatangan Yesus Kristus, Tunas dari tunggul Isai, merupakan pengharapan bagi kita bahwa TUHAN tidak pernah melupakan kita.
Yesaya 11 menubuatkan kedatangan Yesus Kristus. Yesus Kristus digambarkan sebagai Tunas dari tunggul Isai. Nubuatan ini menggambarkan tentang pengharapan yang disediakan TUHAN. Apa yang tertulis tentang Yesus Kristus di dalam bagian ini sesuai dengan apa yang digenapi. Roh TUHAN ada pada Yesus Kristus (Yohanes 1:32). Yesus Kristus menghakimi dengan keadilan (Yohanes 5:30). Penggenapan lengkap dari nubuat mengenai kedatangan Tunas dari tunggul Isai ini bukan terjadi dalam satu kali kedatangan-Nya, melainkan dalam dua kali kedatangan-Nya. Pada kedatangan yang pertama, Yesus Kristus memberikan damai sejahtera secara batiniah bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Pada kedatangan yang kedua kali, Yesus Kristus memberikan damai sejahtera bagi seluruh ciptaan-Nya, karena Ia adalah Raja Damai. Hal ini digambarkan dengan rukunnya hewan-hewan yang sepengetahuan kita tidak mungkin bisa rukun satu sama lain. Pada waktu itu, TUHAN juga menggenapi janji-Nya kepada bangsa Israel bahwa sisa bangsa ini akan mewarisi janji-Nya. TUHAN yang berjanji tidak pernah mengingkari janji-Nya.
Kita yang percaya kepada Yesus Kristus adalah orang-orang yang mengalami damai sejahtera-Nya secara batiniah. Damai sejahtera tersebut sangat mempengaruhi sikap hidup kita dalam menghadapi kegelisahan dunia ini. Kegelisahan dunia ini masih terus terjadi karena TUHAN belum selesai menggenapi janji-Nya. Namun, berdasarkan janji-janji yang telah Ia genapi, kita percaya bahwa Ia akan menggenapi seluruh janji-Nya dengan sempurna. Kita pun tahu bahwa Ia tidak pernah melupakan umat-Nya. [RAAL]
Yesaya 11:1
"Suatu Tunas akan keluar dari tunggul Isai,dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah."

Tetap Mengasihi-Nya

Daud pernah mengalami masa-masa yang begitu genting dan ketakutan yang begitu mencekam saat dikejar-kejar oleh Saul (1 Samuel 23). Dalam masa ketakutan yang amat sangat, Yonatan menguatkan kepercayaan Daud kepada Tuhan (1 Samuel 23:15-16). Ketika Anda berkata bahwa Anda beriman kepada Allah, apakah Anda sungguh-sungguh percaya kepada-Nya? Perkataan Daud, Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; .., ya TUHAN, Allah yang setia, (Mazmur 31:6) menyatakan bahwa Daud percaya secara total kepada Allah. Kalimat yang sama diucapkan oleh Tuhan Yesus ketika Ia disalibkan (Lukas 23:46) dan oleh Stefanus ketika ia dirajam batu hingga mati (Kisah Para Rasul 7:59). Hal ini menyatakan betapa pentingnya kita mempercayai Allah yang setia serta menyerahkan totalitas hidup kita ke dalam tangan Tuhan.
Kepercayaan kepada Allah yang setia tidak meniadakan kesulitan, pencobaan, dan penderitaan. Namun, penderitaan dan kesesakan juga tidak dapat meniadakan kesetiaan Allah bagi mereka yang mengasihi Dia. Pemazmur mengontraskan bersandar kepada berhala dengan bersandar kepada TUHAN (31:7). Pemazmur menyadari bahwa hanya Tuhan yang mampu menolong dan menyelamatkan. Berhala tidak dapat melakukan apa-apa (Lihat 115:4-9; Ulangan 4:28,29). Di saat kesesakan, pemazmur menyangka bahwa ia terbuang dari hadapan Tuhan (Mazmur 31:23). Namun, ketika ia mengangkat jiwanya kepada Tuhan, ia mendapati bahwa Allah menunjukkan kasih dan pertolongan-Nya secara ajaib (31:22). Kepada siapa kita menggantungkan hidup kita di tengah kesulitan, penderitaan, dan kefanaan dunia ini? Tidak ada yang dapat memberikan jaminan yang lebih pasti selain Allah yang akan menjaga hidup kita sampai kekekalan. Kekuatan sejati hanya dapat kita temukan di dalam Allah. Dalam situasi apa pun, tetaplah kasihi Allah! [J]
Mazmur 31:25
"Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada TUHAN!"