Melengkapi pemahaman kita, perlu juga untuk meneliti beberapa
kasus baptisan dalam Perjanjian Baru untuk lebih mempermantap pandangan
dan pemahaman kita tentang cara baptisan air yang sesungguhnya.
Baptisan gereja mula-mula (Kis 2:37-38,41)
Baptisan
gereja mula-mula ini terjadi pada hari Pentakosta. Ketika murid-murid
menerima baptisan Roh Kudus dan menjadi penuh dengan Roh Kudus, maka
Petrus bangkit dan mulai menyampaikan sebuah khotbah yang cukup panjang
yang mengarah kepada diri dan karya Yesus Kristus (Kis 2:14-36). Akibat
dari khotbah ini maka semua orang yang mendengar menjadi sangat terharu
dan bertanya kepada Petrus dan kawan-kawan “Apakah yang harus kami
perbuat saudara-saudara?” Maka Petrus menjawab : “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus….”
(Kis 2:37-38). Jadi kita dapat melihat bahwa pertobatan dan baptisan
yang akan diterima oleh mereka adalah sebagai respon terhadap berita
Firman Allah yang disampaikan. Ayat 41 dari Kis 2 berkata : “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa”.
Dari ayat ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan (yang digarisbawahi) yakni : (1) Mereka memberi diri dibaptis (2) Jumlah mereka kira-kira 3000 orang (3) Semuanya terjadi dalam satu hari saja. Jadi murid-murid harus membaptis 3000 orang hanya dalam waktu satu hari. Dengan jumlah orang sebanyak ini dan tenaga pembaptis yang sangat minim (12 Rasul termasuk Matias) sangat sulit dipikirkan tentang kemungkinan mereka dibaptis dengan cara selam. Kalau ada 3000 orang calon baptisan, maka masing-masing murid mendapat jatah membaptis 250 orang. Alkitab berkata bahwa peristiwa pencurahan Roh Kudus terjadi kira-kira pukul sembilan pagi (Kis 2:15). Jika khotbah Petrus berlangsung kira-kira satu jam, maka kita dapat memperkirakan bahwa upacara baptisan itu paling cepat baru dimulai kira-kira pukul sepuluh pagi. Itu berarti bahwa masih tersisa 14 jam dari hari itu. Kalau seorang Rasul harus membaptis 250 orang dalam 14 jam, maka dalam setiap jam ia harus membaptis 17 hingga 18 orang dan itu berarti pula bahwa setiap orang menghabiskan waktu 2-3 menit. Perhitungan semacam ini didasarkan pada perhitungan waktu sebagaimana yang kita pakai saat ini, namun jika kita memakai perhitungan waktu sebagaimana yang dipahami oleh orang Yahudi, maka hal ini lebih menunjukkan ketidakmungkinan pelaksanaan baptisan selam. Perhitungan hari orang Yahudi dimulai dari jam enam sore dan berakhir pada jam enam sore berikutnya. Dengan perhitungan semacam ini, maka sesungguhnya peristiwa pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta (pada pukul sembilan pagi) terjadi pada jam ke lima belas dari hari itu. Kalau Petrus berkhotbah satu jam (sampai jam sepuluh pagi) maka hari itu telah sampai pada jam ke enam belas, dan dengan demikian hanya tersisa delapan jam dari hari itu sampai pada jam enam sore. Jika kedua belas Rasul membaptis 3000 orang pada hari itu juga, maka setiap Rasul akan membaptis 250 orang dalam delapan jam yang tersisa itu. Itu berarti bahwa setiap Rasul akan membaptis kira-kira 32 orang setiap jam, dan dengan demikian akan membaptis satu orang setiap kira-kira satu menit setengah selama delapan jam tanpa istrahat sama sekali apalagi untuk makan dan minum.
Dari ayat ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan (yang digarisbawahi) yakni : (1) Mereka memberi diri dibaptis (2) Jumlah mereka kira-kira 3000 orang (3) Semuanya terjadi dalam satu hari saja. Jadi murid-murid harus membaptis 3000 orang hanya dalam waktu satu hari. Dengan jumlah orang sebanyak ini dan tenaga pembaptis yang sangat minim (12 Rasul termasuk Matias) sangat sulit dipikirkan tentang kemungkinan mereka dibaptis dengan cara selam. Kalau ada 3000 orang calon baptisan, maka masing-masing murid mendapat jatah membaptis 250 orang. Alkitab berkata bahwa peristiwa pencurahan Roh Kudus terjadi kira-kira pukul sembilan pagi (Kis 2:15). Jika khotbah Petrus berlangsung kira-kira satu jam, maka kita dapat memperkirakan bahwa upacara baptisan itu paling cepat baru dimulai kira-kira pukul sepuluh pagi. Itu berarti bahwa masih tersisa 14 jam dari hari itu. Kalau seorang Rasul harus membaptis 250 orang dalam 14 jam, maka dalam setiap jam ia harus membaptis 17 hingga 18 orang dan itu berarti pula bahwa setiap orang menghabiskan waktu 2-3 menit. Perhitungan semacam ini didasarkan pada perhitungan waktu sebagaimana yang kita pakai saat ini, namun jika kita memakai perhitungan waktu sebagaimana yang dipahami oleh orang Yahudi, maka hal ini lebih menunjukkan ketidakmungkinan pelaksanaan baptisan selam. Perhitungan hari orang Yahudi dimulai dari jam enam sore dan berakhir pada jam enam sore berikutnya. Dengan perhitungan semacam ini, maka sesungguhnya peristiwa pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta (pada pukul sembilan pagi) terjadi pada jam ke lima belas dari hari itu. Kalau Petrus berkhotbah satu jam (sampai jam sepuluh pagi) maka hari itu telah sampai pada jam ke enam belas, dan dengan demikian hanya tersisa delapan jam dari hari itu sampai pada jam enam sore. Jika kedua belas Rasul membaptis 3000 orang pada hari itu juga, maka setiap Rasul akan membaptis 250 orang dalam delapan jam yang tersisa itu. Itu berarti bahwa setiap Rasul akan membaptis kira-kira 32 orang setiap jam, dan dengan demikian akan membaptis satu orang setiap kira-kira satu menit setengah selama delapan jam tanpa istrahat sama sekali apalagi untuk makan dan minum.
Pertanyaan
kita sekarang adalah mungkinkah dengan waktu yang sangat minim ini para
Rasul menjalankan baptisan selam? Selain masalah waktu, apakah para
Rasul memperoleh cukup banyak air di Yerusalem dan apakah mereka cukup
mendapatkan fasilitas yang mereka perlukan untuk membaptiskan 3000 orang
dalam satu hari dengan baptisan selam? (Louis Berkhof; Teologi Sistematika-Doktrin Gereja, hal.
149). Mungkinkah para Rasul berdiri berjam-jam dalam air untuk
melakukan aktivitas pembaptisan selam tanpa istrahat dan tanpa makan
minum? Perhatikan juga sebuah perhitungan yang dilakukan oleh Ben
Aldridge seorang pendeta Perguruan Tinggi : “Bagaimanakah
dengan 3000 orang yang dibaptis di Yerusalem pada hari Pentakosta? Tak
ada sungai di Yerusalem yang cukup untuk itu. Kalau hanya 2 menit
dipakai bagi setiap orang yang dibaptis, dalam tempo 6 jam harus memakai
sepuluh kolam air dan sepuluh pendeta. Lihat 3000 orang x 2 menit =
6000 menit. 6000 menit = 100 jam. 100 jam, perlu 10 kolam dan 10 pendeta
yang membaptis terus menerus selama 6 jam. Kebaktian luar biasa itu.
Cara percik lebih gamblang dalam situasi itu.” (Baptisan (Artikel-Dokumen 4), hal. 6). Dengan semua perhitungan di atas, rasanya cukup sulit untuk berkesimpulan bahwa para rasul telah melakukan baptisan selam.
Baptisan sida-sida dari Etiopia (Kis 8:26-40)
Sebenarnya tentang sida-sida dari Etiopia telah dibahas dalam
bagian ketiga, tetapi kita perlu melihat beberapa tambahan untuk itu. Kesediaan sida-sida untuk dibaptis oleh Filipus di tandai dengan kalimat “lihat, di situ ada air, apa halangannya jika aku dibaptis” (Kis 8:36) dan juga “aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah” (Kis 8:37). Pertama-tama perlu diperhatikan bahwa kata “ada air” di dalam ayat ini menggunakan kata bahasa Yunani (ti hudor) dan bahasa Inggris “a certain water/some water” yang lebih berarti “sedikit air” sehingga tidak memungkinkan untuk baptisan selam.
Apakah yang membuat sida-sida itu mau percaya kepada Yesus dan mau dibaptis?
Jika dilihat dari ayat 36 dan 36, pastilah karena dia tahu kebenaran
tentang Yesus dan kebenaran tentang baptisan. Dari mana dia tahu?
Pastilah Filipus yang telah memberitahukan kepadanya. Jadi rupanya
Filipus memberitakan dua hal kepada sida-sida itu yakni tentang Yesus
dan tentang baptisan. Tentang hal yang kedua ini Ds.H.v.d. Brink berkata
: “Pastilah dalam
pengajarannya itu Filipus telah berbicara juga tentang baptisan. Karena
itulah timbul reaksi yang mendadak dari pihak sida-sida itu, ketika di
pinggir jalan ia melihat sebuah kolam atau sungai kecil.” (Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul; 1989, hal. 137). Yang dibaca oleh sida-sida itu ketika Filipus menemuinya adalah gulungan kitab Yesaya. Ingatlah
bahwa waktu itu kitab-kitab berada dalam bentuk gulungan dan adalah
sebuah kesatuan tanpa pasal, ayat dan perikop seperti Alkitab kita
sekarang. Jadi semuanya berhubungan satu sama lainnya. Sebuah ayat perlu
dilihat dalam hubungan dengan ayat-ayat sebelum maupun sesudahnya. Ayat
dari gulungan kitab Yesaya yang dijelaskan oleh Filipus sehingga
sida-sida itu menjadi percaya adalah dari pasal 53:7-8. Lalu kalau
begitu dari mana kebenaran tentang baptisan dijelaskan? Filipus pastilah
mengacu pada perintah Yesus dalam Amanat Agung untuk membaptis orang
yang percaya, namun secara konteks pembahasan tentunya hal ini tidak
boleh lepas dari kitab Yesaya. Sekarang marilah kita melihat indikasi
tentang baptisan di dalam kitab Yesaya yang tentunya berhubungan dan
dekat dengan Yesaya 53:7-8. Coba perhatikan Yesaya 52:15 : “Demikianlah ia akan membuat tercengang
banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab
apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang
tidak mereka dengar akan mereka pahami”. Ayat
ini berkata bahwa “ia” (nubuatan tentang Yesus) akan membuat tercengang
banyak bangsa. Sebenarnya terjemahan bahasa Indonesia membuat kabur
makna ayat ini yang sesungguhnya. Terjemahan Yunani untuk PL
(Septuaginta atau LXX) untuk kata “membuat tercengang” adalah “memercik”. Jadi sesungguhnya ayat ini berkata “Demikianlah ia akan memercik banyak bangsa…”. Tidak
dapat disangkal bahwa justru bertolak dari ayat inilah Filipus memberi
penjelasan tentang baptisan kepada sida-sida itu. Kata “memercik” ini
berhubungan dengan baptisan. Jadi dari kitab Yesaya Filipus memberi
penjelasan tentang Yesus Kristus maupun baptisan (memercik). Itulah
sebabnya sida-sida itu berkata “lihat, disitu ada air, apa halangannya jika aku dibaptis” (Kis 8:36) dan juga “aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah”
(Kis 8:37). Jika kebenaran tentang baptisan dijelaskan dari Yesaya
52:15 yang sebenarnya menggunakan kata “memercik” maka rasanya aneh dan
ganjil jika Filipus justru membaptis sida-sida itu dengan cara selam.
Hal ini pastilah membingungkan sida-sida itu.
Baptisan Paulus (Kis 9:17-19 ; 22:16)
Sangat
singkat informasi yang kita dapatkan tentang baptisan yang dialami oleh
Paulus. Alkitab hanya memberitahukan atau menginformasikan bahwa saat
itu Paulus masih dalam keadaan buta akibat penglihatannya di Damsyik dan
oleh karena itu atas perintah Tuhan Yesus Ananias pergi menjumpai dan
mendoakannya (Kis 9:17) dan selanjutnya adalah membaptisnya. Kis 9:18-19
berkata : “Dan
seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia
dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. Dan setelah ia makan,
pulihlah kekuatannya”.
Jika kita melihat kronologi yang terjadi dalam ayat-ayat ini,
maka yang terjadi pada Paulus adalah : (1) Ia buta (2) Ia didoakan dan
dapat melihat (3) Ia bangun (4) Lalu dibaptis (5) Ia makan (6) Pulihlah
kekuatannya. Bagaimana kesan anda ketika
melihat urutan kronologi di atas? Kesan yang nampak di atas adalah bahwa
semua hal itu terjadi dalam waktu yang sangat singkat di suatu tempat
(di dalam rumahnya). Pada mulanya ia buta, lalu ia didoakan dan sembuh,
lalu ia bangun, lalu dibaptis, lalu makan dan pulihlah kekuatannya.
Kalau semuanya ini terjadi dalam waktu yang singkat di dalam sebuah
rumah, maka rasanya agak sulit melihat kemungkinan Paulus dibaptis
dengan cara selam. Tidak ada kesan sama sekali bahwa Paulus perlu
dituntun, dibawa atau diajak ke suatu tempat untuk prosesi baptisan
selam. Justru kemungkinannya lebih besar di mana air yang dibawa
kepadanya dan dengan air itu ia dibaptiskan (baptisan percik). Rayburn
berkata : “Ini adalah satu-satunya kasus dalam
Perjanjian Baru yang menunjukkan persiapan fisik yang mendahului
baptisan, dan persiapan itu tidak lain adalah bangun. Tidak ada satu
petunjuk bahwa Paulus mengganti baju atau ia keluar dari suatu mata air
atau yang sejenisnya.(Apa Itu Baptisan?, hal. 36-37).
Baptisan Kornelius (Kis 10:44-48)
Peristiwa
pembaptisan keluarga Kornelius didahului oleh pengajaran yang dilakukan
oleh Petrus tentang Yesus Kristus (Kis 10:34-43), namun sesungguhnya
inisiatif itu dimulai ketika Petrus melihat bahwa orang-orang yang
sementara mendengarkan khotbahnya mengalami baptisan Roh Kudus. Melihat
kenyataan itu Petrus berkata : “Bolehkah orang
mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka
telah menerima Roh Kudus sama seperti kita” (Kis 10:47) sehingga
akhirnya mereka semua dibaptis (Kis 10:48). Ayat-ayat ini tidak memberi
keterangan secara jelas tentang cara baptisan yang dilakukan terhadap
keluarga Kornelius. Namun satu hal yang seharusnya menjadi perhatian
kita adalah adanya hubungan antara baptisan Roh Kudus dan baptisan air.
Petrus membaptis orang-orang itu dengan air karena melihat bahwa mereka
telah dibaptis dengan Roh Kudus. Jika kita mengingat bahwa fenomena yang
nampak dalam baptisan Roh Kudus itu bukanlah mereka yang tenggelam di
dalam Roh Kudus tetapi Roh Kudus yang turun ke atas mereka, maka
kemungkinan besar demikianlah cara yang dipakai dalam baptisan air untuk
keluarga Kornelius yakni bukan mereka yang ditenggelamkan ke dalam air
melainkan air yang dicurahkan atau dipercikkan ke atas mereka. Rayburn
kembali berkata : “Kata-kata yang digunakan dan
catatan yang jelas menunjuk kepada cara baptisan Roh Kudus yang justru
lebih menunjuk kepada baptisan percik. “Bolehkah orang mencegah untuk
membaptis dengan air…?” Akan terasa janggal jika calon baptisan itu
harus pergi keluar rumah, menuju mata air atau kolam untuk dibaptiskan.
Kalimat demikian menunjukkan bahwa tentunya tidak seorangpun yang
keberatan untuk membawa sedikit air dalam sebuah bejana sehingga
orang-orang percaya tersebut dapat dibaptiskan”. (Rayburn, 37).
Baptisan Kepala Penjara Filipi (Kis 16:30-34)
Ketika kepala Penjara Filipi hendak membunuh dirinya karena
merasa bahwa para tahanan terutama Paulus dan Silas telah melarikan diri
dari penjara ketika terjadi gempa bumi, maka Paulus mencegahnya (Kis
16:24-28). Akibat dari tindakan ini kepala penjara itu berlari dan
tersungkur di hadapan Paulus dan Silas dan selanjutnya ia mengajukan
suatu pertanyaan yang penting : “apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” (Kis 16:30). Terhadap pertanyaan ini Paulus menjawab “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu”
(Kis 16:31). Selanjutnya Paulus dan Silas memberitakan Firman Tuhan
kepada mereka sekeluarga dan akhirnya membaptis mereka (Kis 16:33).
Hal penting yang perlu dicatat dalam kisah pembaptisan keluarga
kepala penjara di Filipi adalah bahwa semua peristiwa itu terjadi dalam satu malam di dalam penjara atau
lebih tepatnya adalah dalam kompleks penjara. Kenyataan ini
sungguh-sungguh meniadakan kemungkinan praktek baptisan selam sebab
tidak mungkin tersedia air yang cukup di dalam penjara untuk melakukan
baptisan dengan cara selam. Para penganut paham baptisan selam biasanya
mengajukan dua hal sebagai argumentasi mereka yakni pertama : kemungkinan adanya kolam di dalam penjara itu, dan kedua
: bisa jadi Paulus dan Silas membawa keluarga kepala penjara Filipi ke
sebuah kolam atau danau atau sungai di luar penjara dan membaptiskan
mereka di sana.
Sekarang marilah kita telaah kedua argumentasi ini. Pertama
: tentang kemungkinan adanya kolam di dalam penjara. Ini kan hanya
kemungkinan dan karenanya tidak bisa dijadikan bukti yang akurat. Kedua
: tentang kemungkinan Paulus dan Silas membawa mereka keluar penjara
untuk membaptiskan mereka di sana. Jika ini yang terjadi, maka betapa
munafiknya Paulus dan Silas. Mengapa? Kalau kita lihat dalam Kis
16:36-37 diceritakan bahwa para pembesar kota ini mengijinkan Paulus dan
Silas untuk keluar atau meninggalkan penjara namun hal itu ditolak
mentah-mentah oleh keduanya. Perhatikan hal ini. Paulus dan Silas
menolak dikeluarkan dari penjara padahal pada malam sebelumnya secara
diam-diam mereka meninggalkan penjara untuk mencari kolam atau sungai
guna membaptis kepala penjara dan keluarganya. Bukankah ini sebuah
kemunafikan? Apakah Paulus dan Silas mau melakukan sebuah kemunafikan
hanya untuk mempertahankan sebuah cara baptisan? Saya kira kita semua
yakin bahwa Paulus dan Silas bukanlah orang-orang munafik. Dengan
demikian kita juga harus sepakat bahwa baptisan keluarga kepala penjara
Filipi terjadi dalam penjara dengan demikian rasanya agak sulit menerima
kemungkinan diadakannya baptisan selam.
Baptisan Lidia, Krispus, Stefanus dan keluarganya (Kis 16:15; 18:8; I Kor 1:16)
Ini adalah kasus baptisan yang diceritakan dengan sangat singkat
oleh Lukas maupun Paulus. Dalam ketiga kasus baptisan ini sedikitpun
tidak diberitahukan tentang cara baptisan yang dipergunakan. Yang
dikatakan Alkitab hanyalah bahwa mereka dibaptis.
Cukup banyak sudah hal yang kita pelajari mengenai cara
baptisan baik dari segi hubungan antara baptisan air dan baptisan Roh
Kudus, arti kata baptis itu sendiri, istilah “turun ke dalam air” dan “keluar dari air”, istilah “dikuburkan dalam baptisan”
serta beberapa kasus baptisan yang dicatat dalam Alkitab. Yang menarik
dari semuanya adalah bahwa tidak ada satu ayat pun yang begitu tegas dan
gamblang menekankan cara baptisan selam, sebaliknya ada cukup
argumentasi bagi praktek baptisan percik. Apa yang saya kemukakan
bukanlah untuk membuktikan bahwa baptisan selam tidaklah benar melainkan
bahwa baptisan percik juga benar dalam artian memiliki dasar dalam
Alkitab. Bagaimanapun juga “ditenggelamkan” merupakan salah satu arti
dari kata “bapto” dan karenanya mungkin saja terdapat kasus baptisan
selam dalam Alkitab di samping baptisan percik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar