Kamis, 12 Juni 2014

Belajar Dari Puritanisme


Puritanisme diawali di Inggris dan merupakan gerakan yang melakukan reformasi di gereja Inggris. Puritanisme ini seringkali dikenal dengan  gerakan revival.  Mereka  melakukan pembaharuan terhadap ibadah dan memberikan penekanan kepada kemurnian ibadah. Mereka tidak mencari tanda-tanda dan mujizat tetapi tentang kebangunan kembali gereja Tuhan melalui pelayanan firman. Dalam gerakan ini sangat bercorak dengan khotbah yang menekankan pertobatan, kesalehan dan ketaatan kepada Kitab Suci.  Teologi dalam Puritanisme sangat dipengaruhi oleh Beza, terutama dalam pengajaran atas kematian Kristus dan kedaulatan ilahi dalam providensia dan pemilihan.
Kebangkitan dan pertumbuhan Puritan disebabkan oleh kondisi zaman pada waktu itu yang membutuhkan khotbah yang Alkitabiah dan pengajaran kebenaran, perlunya kesucian personal yang menekankan pekerjaan Roh Kudus dalam iman dan kehidupan orang percaya dan pembaharuan tata cara dan pemerintahan gereja menurut Alkitab.  Ungkapan ‘Puritan evangelism’ seringkali dihubungkan dengan bagaimana kaum puritan memberitakan firman Allah berhubungan dengan keselamatan orang-orang berdosa dari dosa dan konsekuensinya. Kaum puritan memberitakan Kristus dengan menekankan bahwa orang percaya harus bertumbuh di dalam Dia, dan melayani Dia sebagai Tuhan.
Bagaimanakah karakteristik Puritanisme ?
Pertama, Kaum Puritan Mendasarkan Khotbah  atas Alkitab. Kaum puritan sangat berkomitmen dalam memberitakan Alkitab sebagai isi berita. Mereka memahami bahwa khotbah tidak boleh memutarbalikkan Kitab Suci dan harus berkhotbah di dalam teks. Hal ini sangat berbeda dengan pengkhotbah masa kini yang lebih banyak mendasarkan pemberitaan firman Tuhan dengan kebutuhan-kebutuhan psikologis dari pada kebutuhan rohani manusia. Alkitab bukan lagi menjadi sentral pemberitaan, namun pemikiran-pemikiran psikologis dan anthropologis yang lebih ditekankan.
Kedua, Kaum Puritan  Mengkhotbahkan Khotbah-Khotbah Doktrinal. Para penginjil Puritan melihat teologi sebagai disiplin praktis yang bersifat esensial. Mereka melihat teologi sitematika sama dengan pengetahuan anatomi bagi seorang dokter. Setiap tulang manusia menjadi perhatian seorang dokter, begitu juga setiap doktrin harus menjadi perhatian bagi setiap pengkhotbah. Doktrin merupakan dasar dimana kehidupan iman Kristen dibangun diatasnya.  Saat ini banyak orang yang meninggalkan dasar kehidupan dan pengharapan Kristen dan menggantikan dengan damai sejahtera palsu berupa filsafat kosong, sekularisme dan materialisme.
Ketiga, Kaum Puritan Menyerukan Praktek Hidup Menurut Firman Tuhan. Khotbah kaum Puritan menjelaskan bagaimana orang Kristen mencoba untuk menerapkan kebenaran Alkitab dalam hidup mereka. Para pengkhotbah Kebangunan Rohani Pertama, atau kaum Puritan khususnya George Whitefield, menyelidiki hati orang-orang berdosa sampai mereka sendiri mengakui kenyataan dosa-dosa mereka.  Ia menunjukkan nurani mereka sendiri berhubungan dengan natur dosa warisan mereka, natur mereka yang berdosa, ketika mereka lahir, dan ketika mereka menjalani kehidupan mereka. Richard Baxter menegaskan bahwa orang-orang yang sudah mengalami konviksi ini harus melangkah menuju pertobatan sejati, yaitu change of mind (mengalami perubahan pikiran), change of heart (mengalami perubahan hati), change of life (mengalami perubahan hidup), dan change of affection (mengalami perubahan afeksi).  
Keempat, Khotbah Kaum Puritan Bersifat Penginjilan Holistik. Kaum Puritan menggunakan Alkitab untuk mengkonfrontasi semua orang. Mereka tidak melulu mengarahkan manusia untuk meresponi dasar dari banyak teks yang menekankan aspek penginjilan. Tentu tugas untuk meresponi Injil dalam iman adalah hal yang sangat penting, namun harus diingat bahwa selain itu ada tugas-tugas lain yang harus dikerjakan. Ada tugas untuk bertobat, bukan hanya seperti perasaan bersalah yang bersifat sementara, namun sebagai pertumbuhan hidup yang penuh. Kaum Puritan berkhotbah agar orang-orang berdosa “berhenti berbuat jahat” (Yes. 1:16), dan menjadi kudus seperti Allah yang adalah kudus.
            Setelah melihat Puritanisme dan prinsip-prinsipnya, maka saya menyimpulkan 3 hal yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan saat ini dalam gereja Tuhan dan setiap orang percaya, yaitu :
Pertama, Firman Tuhan (Alkitab) adalah inti berita dalam pemberitaan. Prinsip ini merupakan prinsip yang paling mendasar untuk diterapkan pada saat ini. Dimana jika diamati dalam gereja-gereja Tuhan, pemberitaan firman Tuhan tidak lagi menjadi pusat dalam ibadah dan kehidupan. Para pengkhotbah lebih banyak menyampaikan ilmu-ilmu psikologi, sosial, komunikasi atau ilmu lainnya. Bagian firman Tuhan hanya dibaca sebagai pembuka khotbah, namun kemudian pengkhotbah berbicara dengan apa yang ingin ia sampaikan menyikapi tren-tren masa kini. Tentunya ini bukan satu metode khotbah yang  alkitabiah. Setiap pemberita firman hendaknya memberitakan Kristus dalam setiap pemberitaan firman dan apa yang menjadi pengajaran Alkitab secara keseluruhan (sola scriptura dan tota Scriptura).
Kedua, Kesukaan kepada pengajaran doctrinal. Pengajaran doktrinal seringkali diabaikan pada saat ini. Dengan alasan terlalu ketinggalan zaman, terlalu memusingkan atau dengan alasan kurang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran gereja tidak lagi didasarkan pada teologi dan doktrin yang kuat, namun semata-mata hanya bersifat praktis saja. Ini merupakan alasan-alasan yang seringkali muncul dan menjadi realita dalam gereja.  Karena itu dengan kondisi yang demikian perlu dibangkitkan kesadaran akan pentingnya pengajaran doktrinal untuk memperkuat pemahaman warga gereja, karena sesungguhnya tindakan praktis merupakan implementasi dari doktrin-doktrin. Dengan doktrin yang benar maka warga gereja dapat bertindak dalam jalur yang benar dan sesuai dengan firman Tuhan, mengingat saat ini sangat banyak tren pengajaran yang dapat membawa warga gereja dalam ‘kesesatan’.
Ketiga, Ketaatan kepada Firman Tuhan. Prinsip ini merupakan kunci dalam setiap kehidupan Kristen. Dengan ketaatan kepada firman Tuhanlah orang percaya dapat senantiasa menyenangkan hati Tuhan, karena hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Hal ini akan membawa kepada iman yang tetap teguh dan kehidupan rohani yang selalu bertumbuh.
Diposkan oleh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar